Pertama kali saya solo traveling, saya mengunjungi tiga negara sekaligus; Kamboja, Thailand, dan Malaysia. Nah, di Thailand sendiri tujuan pertama saya adalah jalan-jalan ke Chiang Mai dan Chiang Rai.

Negara Thailand memang memiliki banyak tempat wisata dari wisata sejarah, contohnya Grand Palace di Bangkok, atau juga wisata pantai di Phuket.

Di bagian utara Thailand ada juga kota wisata yang cukup populer yaitu Chiang Mai dan Chiang Rai.

Chiang Mai dulunya merupakan ibukota dari Kerajaan Lanna.

Kota yang terletak di bagian utara Thailand ini memiliki kuil yang berjumlah lebih dari 500 buah.

Selain itu, Chiang Mai dikenal juga dengan keindahan alam yang masih alami dan memukau.

Waktu terbaik untuk jalan-jalan ke Chiang Mai dan Chiang Rai

Waktu terbaik untuk jalan-jalan ke Chiang Mai dan Chiang Rai adalah antara bulan Oktober sampai April.

Di sekitar bulan ini juga cuacanya lumayan sejuk, bahkan lumayan dingin juga di malam hari.

Hindari mengunjungi pada bulan Juli – Agustus karena musim hujan.

Di akhir bulan Februari dan awal April biasanya petani akan membakar lahan sehingga menimbulkan asap, kalau bisa dihindari juga.

jalan jalan ke chiang mai chiang rai
Kuil Wat Rong Khun, Chiang Rai

Cara menuju Chiang Mai dari Bangkok

Kalau mau menghemat waktu bisa menggunakan pesawat, baik dari Kuala Lumpur atau Bangkok untuk menuju Chiang Mai.

Kalau lagi promo AirAsia harga tiket pesawatnya tidak terlalu mahal.

Kereta api dari Bangkok ke Chiang Mai

Kereta api berangkat dari Stasiun Hua Lamphong di Bangkok menuju Stasiun Chiang Mai dengan jadwal setiap hari.

Perjalanan biasanya memakan waktu sekitar 12 sampai 15 jam.

Kereta api dari Bangkok ke Chiang Mai memiliki jenis yang berbeda yaitu: Rapid, Express, dan Special Express.

Harga tiket juga berbeda tergantung kelas tempat duduk yang diambil.

Saya sarankan kalau mau naik kereta api, ambilnya yang malam saja biar bisa menghemat penginapan juga.

Jadwal keberangkatan malam ada yang jam 19.35 (Train Special Express no. 13) dan 22.00 (Train Express no. 51).

Train no. 51 memiliki kelas yang lebih bervariasi yaitu:

  • Kelas III fan seat (271 baht / Rp 125,000)
    Gerbong dengan kipas angin, kursi tempat duduknya keras yang tidak bisa diatur.
  • Kelas II AC seat (541 baht / Rp 250,000)
    Gerbong AC dengan kursi yang bisa diatur maju mundur.
  • Kelas II fan sleeper berth (561 – 631 baht / Rp 257,000 – 290,000)
    Gerbong kipas angin dengan tempat tidur atas atau bawah
  • Kelas II AC berth (751 – 821 baht / Rp 345,000 – 375,000)
    Gerbong AC dengan tempat tidur atas atau bawah.

Klook.com

Bus dari Bangkok ke Chiang Mai

Perjalanan menggunakan bus dari Bangkok ke Chiang Mai memakan waktu kurang lebih 12 jam.

Bus dari Bangkok berangkat dari Mo Chit Bus Station dan tiba di Arcade Bus Station Chiang Mai.

Bus dari Bangkok ke Chiang Mai berangkat setiap hari dengan jadwal yang berbeda.

Tipenya bus ada yang reguler dan ada yang VIP.

Bedanya di harga dan juga kenyamanan.

Harga tiket bus reguler dimulai dari 450 baht / Rp 205,000. Harga tiket bus VIP dimulai dari 900 baht / Rp 415,000.

Baca juga: Itinerary Liburan ke Vietnam Selama 2 Minggu

Itinerary jalan-jalan ke Chiang Mai dan Chiang Rai

Seperti yang saya sebutkan sebelumnya, traveling kali ini saya langsung keliling 3 negara.

Sebelum Thailand saya berkunjung ke Kamboja, tepatnya Phnom Penh dan Siem Reap.

Setelah melihat keindahan Angkor Wat di Siem Reap, saya naik bus menuju Bangkok dengan lama perjalanan sekitar 8 jam, melewati perbatasan di Poipet.

Setibanya di Bangkok, malam itu juga saya naik kereta api ke Chiang Mai.

Berikut itinerary saya traveling ke Chiang Mai dilanjutkan ke Chiang Rai.

Day 1: Bangkok – Chiang Mai

Sesampainya di Bangkok saya langsung cari tuk-tuk untuk membawa saya langsung ke Stasiun Hua Lamphong (100 baht).

Tiba di stasiun, saya ke counter untuk memesan tiket dengan jadwal keberangkatan malam.

Saya pesan tiket yang paling murah yaitu kursi di gerbong kipas.

Sebenarnya tidak nyaman apalagi duduk di kursi yang keras dan tegak selama 12 jam, tapi namanya juga backpacker, saya pilih opsi paling murah aja.

Di dalam kereta saya berkenalan dengan seorang traveler asal Prancis.

Biasa, yang namanya bule kalau traveling sukanya yang spontan aja.

Dia belum ada rencana mau kemana aja. Jadi saya ajakin bareng aja jalan-jalan di Chiang Mai.
Klook.com

Day 2: Wat Phra That Doi Suthep – Bhubing Palace – Hmong Village

Wat Phra That Doi Suthep

Jam 11 pagi saya sampai di Chiang mai, langsung check-in hostel dan taruh barang.

Bisa coba cek Pinghostel atau Heimish Hostel untuk rekomendasi penginapan murah di Chiang Mai.

Rencana saya hari ini mau ke sebuah kuil yang bernama Wat Phra That Doi Suthep dan Hmong Village.

Saya naik rod daeng, sejenis angkot dari hostel menuju Chiang Mai University.

Terus ganti rod daeng lainnya yang menuju Doi Suthep Temple (50 baht).

Sebenarnya Doi Suthep adalah sebuah gunung yang terletak di sebelah Barat kota Chiang Mai. Namun di atas gunung ini ada sebuah kuil yang dinamakan Wat Phra That Doi Suthep.

kuil doi suthep chiang mai
Salah satu bagian kuil
wat phra that doi suthep
Tangga menuju kuil

Harga tiket masuk ke Wat Phra That Doi Suthep untuk turis adalah 40 baht.

Bisa coba night tour juga untuk ke kuil ini. Ketika berkunjung ke kuil sebaiknya menggunakan pakaian yang sopan yang menutupi kaki dan juga baju berlengan.

Siapin tenaga untuk naik tangga panjang dengan sepanjang sisi berhiasan badan naga. Kuil Wat Phra That Doi Suthep memiliki bagian utama dengan warna keemasan yang memukau.

Terlihat beberapa pengunjung yang berdoa sambil mengelilingi stupa kuil, ada juga yang hanya sekedar keliling area kuil dan menikmati keindahan bangunan yang bernuansa khas Thailand.

Baca juga: Tips berkunjung ke Candi Bagan, Myanmar

Bhubing Palace

Puas mengelilingi kuil saya langsung nyari rod daeng lagi ke Hmong Village.

Si supir rod daeng-nya bilang harus nyari penumpang lain.

Setelah menunggu akhirnya ada beberapa turis yang juga mau ke Hmong Village.

Saya bayar 120 baht untuk transportasi rod daeng dari Doi Suthep – Hmong Village pulang pergi.

bhubing palace jalan-jalan ke chiang mai
Bhubing Palace

Di pertengahan jalan kami berhenti di Bhubing Palace. Saya memang tidak berencana ke Bhubing Palace tapi mumpung stop disini ya sekalian saja lihat-lihat.

Bhubing Palace adalah kediaman keluarga kerajaan Thailand.

Biasanya istana ini digunakan keluarga kerajaan untuk menyambut tamu negara penting. Harga tiket masuknya 50 baht.

Tidak disangka ternyata tempat yang tidak ada dalam itinerary saya jalan-jalan ke Chiang Mai adalah tempat favorit saya.

Saya suka sekali dengan indahnya taman di sekitar istana, banyak bunga warna warni bermekaran.

Suasananya juga romantis, terdengar lantunan musik klasik.

Baca juga: Itinerary Jalan-Jalan ke Penang selama 4 Hari 3 Malam

bhubing palace jalan jalan ke chiang mai
Air mancur di Bhubing Palace

Hmong Village

Destinasi terakhir untuk hari ini adalah Desa Hmong.

Suku Hmong adalah suku minoritas yang tinggal di area pegunungan di beberapa negara seperti Thailand, China, dan yang paling terkenal adalah Suku Hmong di Sapa , Vietnam.

hmong village jalan jalan ke chiang mai
Hill Tribe Village Museum Chiang Mai

Sepertinya saya berkekspektasi terlalu tinggi, kirain bisa melihat Suku Hmong yang masih tradisional, paling tidak memakai pakaian tradisional.

Ternyata di desa wisata ini yang ada cuma jualan suvenir saja.

Ada museum opium dan museum bagi penduduk asli perbukitan, bentuknya lebih ke toko, tidak terlalu mirip museum.

Kalau tertarik sama sejarah bisa lihat-lihat.

Baca juga: Itinerary Solo Traveling ke Turki 7 Hari, Ga Pake Tur!

Hmong Village
Berjualan suvenir
Nyobain pakai baju Hmong

Setelah jalan-jalan seharian saya kembali ke hostel, mandi, dan beristirahat sebentar.

Malam hari di Chiang Mai lumayan dingin, saya harus keluar memakai jaket.

Saya pergi makan malam sama si teman Prancis. Semangkok Kao Soi yaitu mie dengan kuah seperti kari, roti telur manis, dan juga air tahu, enak!
Klook.com

Day 3: Wat Rong Khun – Hill Tribe Village (Chiang Rai)

Jalan-jalan ke Chiang Mai tidak akan lengkap kalau tidak sekalian mengunjungi Chiang Rai.

Chiang Rai adalah sebuah kota yang terletak 190 km atau sekitar 3 jam menggunakan bus dari Chiang Mai.

Ada sebuah bus yang bernama Green Bus yang berangkat dari Arcade Bus Station dengan harga tiket 220 – 360 baht / Rp 100,000 – 165,000 tergantung kelas yang dipilih.

Wat Rong Khun

Kalau naik Green Bus dari Chiang Mai ke Chiang Rai bisa langsung berhenti di Wat Rong Khun yang terletak sebelum masuk ke kota Chiang Rai.

Wat Rong Khun atau dikenal juga dengan nama White Temple adalah kuil paling unik di Thailand karena bentuknya yang sangat artistik dan berwarna putih.

jalan-jalan ke chiang mai dan chiang rai
Wat Rong Khun Chiang Rai
Wat Rong Khun
Patung tangan

Di sebuah bagian kuil ada banyak patung berbentuk tangan yang mencoba untuk menjangkau sesuatu.

Patung tangan menggambarkan keinginan manusia yang susah dikendalikan.

Di atasnya ada sebuah jembatan yang melambangkan jalan kebahagiaan yang bisa dicapai jika seseorang bisa melepaskan diri dari godaan, keserakahan, dan hasrat keinginan.

Pohon untuk menggantungkan wishes
white temple chiang rai
White Temple

Walaupun memiliki gaya arsitektur yang berbeda dari kuil pada umumnya di Thailand, sebut saja Kuil Wat Pho atau Wat Arun di Bangkok, disini pengunjung tetap bisa melakukan ibadah atau menulis keinginan di sebuah gantungan yang bisa digantung di pohon.

Menulis wishes di gantungan pohon

Hill Tribe Village

Selanjutnya saya menyewa rod daeng untuk mengunjungi Hill Tribe Village di Chiang Rai, 300 baht untuk pulang pergi.

Lokasinya tidak terlalu jauh dari Wat Rong Khun.

Awalnya saya kira harga tiket masuk Hill Tribe Village cuma 50 baht saja, tapi pas mau masuk penjaganya minta 300 baht.

Saya langsung kaget, kok bisa semahal itu.

Saya pun dilema, mau masuk atau engga ya. Tapi karena udah terlanjur disana, saya memutuskan untuk tetap mengunjungi desa ini.

Ada 5 suku pegunungan berbeda yang tinggal di desa ini; Akha, Lahu, Yao, Big Earring, dan Long Neck Karen.

Jujur saya sedih melihat kondisi desa ini. Harga tiketnya mahal tapi desanya terlihat seperti kurang dipedulikan.

hill tribe village chiang rai
Pondok suvenir di Hill Tribe Village

Katanya uang dari tiket masuk akan digunakan untuk pembangunan desa, tapi fasilitas yang paling dasar seperti papan informasi saja sudah tidak jelas.

Rumah-rumah kayu sangat sederhana, digunakan sebagai tempat untuk berjualan suvenir.

Terlihat wanita ataupun gadis muda duduk-duduk saja dan berjualan suvenir.

Suku pegunungan ini kebanyakan datang ke Thailand dari Myanmar dikarenakan konflik yang terjadi.

Sayangnya mereka hanya menjadi objek wisata di Thailand.

Dari yang saya dengar pemerintah Thailand tidak menerima mereka sebagai warga negara Thailand.

suku akha jalan jalan ke chiang mai
Suku Akha
Suku Akha dengan baju khas nya

Rasanya sedih mendengar hal ini. Mungkin saya juga salah, sekarang saya baru tahu kalau ada tur yang menyediakan jasa untuk mengunjungi desa suku minoritas yang lebih autentik dan bisa berkontribusi langsung ke suku minoritas.

Saya sangat tertarik dengan suku Long Neck Karen.

Mereka memiliki semacam kalung yang dipakai di leher. Kalung ini dipercaya bisa melindungi mereka dari serangan harimau.

Baca juga: Trekking di Sapa Bersama Suku Hmong di Vietnam

long neck karen chiang rai
Sudah memakai kalung dari muda
Long Neck Karen

Ada juga yang percaya, kalau kalungnya makin banyak, makin cantik juga. Ketika saya coba memotret mereka dari kejauhan, ketika mereka sadar langsung menoleh dan tersenyum ke saya. Sepertinya sudah biasa dengan turis yang datang dan mengambil foto.

Hanya saja senyuman mereka tidak bisa menyembunyikan kesedihan dan rasa kesepian. Mungkin mereka ingin bebas, tapi tanpa tempat tinggal, sulit bagi mereka untuk bertahan hidup.

Long Neck Karen
Yao Hill Tribe Chiang Rai
Yao Hill Tribe

Tempat wisata lain di Chiang Mai dan Chiang Rai

Karena keterbatasan waktu saya hanya bisa mengunjungi tempat wisata yang saya sebutkan sesuai itinerary ketika jalan-jalan ke Chiang Mai dan Chiang Rai.

Namun, masih banyak kok tempat wisata lain yang bisa kamu kunjungi.

  • Doi Inthanon National Park. Taman nasional yang dikelilingi dengan gunung-gunung tertinggi di Thailand. Di sini kamu bisa hiking, eksplor air terjun, dan juga mengunjungi pagoda di puncak.
  • Wat Chedi Luang. Reruntuhan kuil kuno yang terletak di pusat kota Chiang Mai.
  • Wat Phra Sing. Kuil yang dibangun pada abad 14 dan juga rumah bagi lebih dari 700 biarawan.
  • Nimmanhaemin Road. Jalan paling trendi di Chiang Mai. Bar dan restoran mewah terletak di jalan ini, banyak pertokoan dan juga mall.
  • Mae Ping River. Tour dengan kapal menelusuri sungai selama dua jam dengan pemandangan desa sekitar.
  • Wat Rong Seua Ten. Kuil di Chiang Rai dengan yang memiliki khas bangunan berwarna biru.
  • Baan Dam Museum. Sebuah museum yang juga dinamakan Black House atau Black Temple yang menyimpan karya seni dari seniman yang bernama Thawan Duchanee.
  • Wat Phra Kaew. Kuil lain yang juga terkenal di Chiang Rai.
  • Golden Triangle. Titik temu dari tiga negara; Thailand, Laos, dan Myanmar.
  • Chiang Dao Cave. Goa yang terletak beberapa jam dari Chiang Rai dengan formasi stalaktit.
  • Eksplor air terjun. Ada beberapa air terjun di sekitar Chiang Rai seperti Huay Kaew, Mae Sai, Khun Korn, dan Phu Kaeng.

Itulah itinerary saya jalan-jalan ke Chiang Mai dan Chiang Rai beserta tempat wisata yang bisa dikunjungi.

Perjalanan masih saya teruskan ke Bangkok, Krabi, sampai Malaysia.

 

5 Replies to “Jalan Jalan ke Chiang Mai dan Chiang Rai, Thailand – Itinerary 3 Hari”

  1. setelah covid ini usai, ada plan mau ke thailand. semoga bisa kesampean! destinasinya yang wajib dikunjungin nih. makasih info nya!

  2. halo,
    maaf mau konfirm aja ni, di artikel tanggalnya tertulis dipost tanggal 02 November 2022. Namun di komentar sudah ada yg komen di tahun 2020. Jadi untuk artikel ini berdasarkan pengalaman di tahun 2020 atau 2022 ya? Soalnya sangat penting untuk tau apakah masih relate dengan kondisi saat ini after pandemi. Thanks 🙂

  3. Halo Kak,
    tertarik dengan kalimat yang ini “Mungkin saya juga salah, sekarang saya baru tahu kalau ada tur yang menyediakan jasa untuk mengunjungi desa suku minoritas yang lebih autentik dan bisa berkontribusi langsung ke suku minoritas.”
    Tolong spill dong Kak nama agen tournya, atau bisa minta tolong pihak hotel?

    Terimakasih..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *