Baca pengalaman saya jalan-jalan ke Uluru ketika lagi roadtrip selama sebulan di Australia! Ada apa aja sih yang menarik?
Salah satu ikon yang sering ditampilkan untuk mempromosikan pariwisata Australia, kalau bukan Sydney Opera House dan Kangguru, pasti Uluru – formasi batu berwarna coklat kemerahan yang khas dengan sejarah suku Aborigin.
Mungkin kamu udah pernah lihat juga di iklan, majalah, atau kalender, pasti langsung mengenali batu besar berwarna merah ini.
Awalnya saya engga ada rencana sama sekali untuk mampir ke Uluru.
Tapi karena ada drama pas road trip, akhirnya saya mengubah rute yang seharusnya ke Australia Barat malah jadi ke Northern Territory atau bagian utara.
Bagaimana cara ke Uluru?
Cara yang paling praktis untuk liburan ke Uluru yaitu dengan terbang langsung ke Bandara Ayers Rock atau dikenal juga sebagai Bandara Connellan.
Kamu bisa cek langsung di Skyscanner untuk mencari penerbangan domestik dari kota-kota besar di Australia seperti Sydney atau Melbourne.
Selain Bandara Ayers Rock, bisa juga terbang ke Alice Springs (flight-nya lebih banyak dan biasa lebih murah).
Kemudian dari Alice Springs tinggal sewa mobil dan roadtrip sendiri.
Kalau malas nyetir sendiri, mendingan ikutan tur aja dari Alice Spring.
Coba deh cek one day tour ataupun multiple day tour yang disediakan di Viator.
Pengalaman liburan ke Uluru
Saya pribadi ikutan tur ke Uluru dengan operator yang bernama Wayoutback selama 3 hari 2 malam.
Harganya sekitar AUD 400 (mungkin sekarang udah naik) dan saya lumayan puas.
Grupnya tidak terlalu banyak orang, dan saya dapat pengalaman seru tidur di swag, seperti sleeping bag di alam terbuka.
Hari pertama: Uluru (Ayers Rock)
Setelah mendengar cerita Uluru, pandangan saya terhadap tempat ini berubah. Ternyata Uluru bukanlah sekedar batu besar.
Ada sesuatu dibalik keindahan alam ini yang memegang bagian penting di kehidupan para suku Aborigin.
Semakin dekat saya mellihat batu ini, saya menemukan setiap sisi Uluru sangatlah istimewa.
Setiap liku, garis, dan tanda-tanda menarik untuk dilihat.
Hal pertama yang kami lakukan ketika sampai di Uluru adalah mengunjungi pusat kebudayaan untuk mempelajari tentang Anangu (Suku Aborigin yang tinggal di gurun bagian barat).
Selain mempelajari tentang suku Anangu, di pusat kebudayaan ini juga bisa melihat kebudayaan mereka, cerita tentang tanah mereka, sejarah, dan lainnya.
Sebenarnya cukup informatif. Tapi kalau dari baca aja agak susah untuk masuk ke otak.
Pas guide saya menceritakan langsung baru deh lebih ngerti.
Tjukurpa (cerita tradisi atau legenda) pertama yang diceritakan oleh si guide saya adalah tentang Kuniya, si ular sanca betina, dan Liru, ular beracun.
Kuniya datang dari sebuah tempat yang sangat jauh ke Uluru untuk menetaskan anak-anaknya dengan membawa telur di leher.
Suatu hari dia mendengar tentang kematian keponakannya yang dibunuh oleh Liru.
Kuniya sangat marah dan dengan cepat memanjat batu Mutijulu Waterhole untuk menghadapi Liru.
Mereka pun berkelahi , Kuniya menggunakan wana atau sebuah tongkat dan memukul kepala Liru sampai mati.
Cerita Tjukurpa biasanya memiliki pelajaran moral yang bisa digunakan di keseharian.
Cerita atau legenda diturunkan ke generasi muda untuk membentuk karakter mereka.
Kisah-kisah ini juga merupakan bagian penting dari upacara adat, kadang disampaikan melalui lagu-lagu, atau karya seni.
Dengan cara inilah, suku Aborigin bisa menjaga kebudayaan dan mengikatkan diri ke asal mereka.
Salah satu hal yang menarik bagi saya adalah tradisi Aborigin dimana laki-laki dan perempuan memiliki derajat yang sama.
Mereka memiliki tanggung jawab masing-masing.
Tidak diperbolehkan untuk mengganggu urusan orang lain. Laki-laki punya urusannya sendiri, begitu juga dengan perempuan.
Baca juga: Itinerary Liburan ke Sydney Selama 5 Hari 4 Malam!
Momen paling istimewa ketika jalan-jalan ke Uluru adalah pemandangan sunrise dan sunset-nya.
Langit cerah berwarna biru, tidak ada satupun awan yang terlihat.
Matahari terbenam menyiptakan lapisan warna yang berbeda, dan ketika batu berubah warna menjadi keemasan ketika cahaya matahari menghilang secara perlahan.
Akhirnya saya menemukan jawaban betapa istimewanya Uluru.
Guide kami sangat tidak menganjurkan untuk mendaki Uluru.
Pas saya kesana, mendaki Uluru sih tidak dilarang tapi sepertinya sekarang sudah ada larangan ketat untuk mendaki.
Saya sendiri bisa melihat betapa bahayanya pendakian ini.
Tidak sedikit turis yang mengalami kecelakaan, terluka, bahkan meninggal ketika mencoba mendaki tempat sakral ini.
Hal-hal ini tentuanya tidak diinginkan Anangu, apalagi kalau sampai ada yang terluka di tanah mereka.
Hari kedua: Kata Tjuta (The Olgas)
Kata Tjuta yang memiliki arti “banyak kepala” terletak 46 km dari Uluru.
Dari kejauhan, terlihat bentuk yang sangat beda terutama formasi bebatuan.
Kata Tjuta mengingatkan saya pada planet Mars. Apalagi pas sunrise, bebatuannya berwarna merah semua.
Jalur trekking yang kami lalui sejauh 7.4 km sampai ke Valley of the Wind.
Di bagian tertentu jalanannya lumayan terjal dan berpasir.
Ternyata Red Center tidaklah segersang yang saya pikirkan.
Banyak juga bunga warna-warni yang mempercantik pemandangan keseluruhan.
Setelah sampai di Valley of the Wind, tiba-tiba saya merasakan sesuatu yang aneh.
Perasaan sangat tenang ketika duduk dan melihat pemandangan diantara kedua lembah.
Sejujurnya, pemandangannya bukan yang spektakuler banget.
Tetapi tiuapan anginnya, ketenangan saat dudu disana memberikan saya kenyamanan yang sulit dijelaskan.
Baca juga: Tempat Wisata di Tasmania yang Wajib Dikunjungi!
Hari Ketiga: Wattarka National Park (Kings Canyon)
Di hari ketiga, kami langsung mendatangi Kings Canyon di pagi hari agar bisa selesai sebelum suhunya meningkat di siang hari.
Jika suhu atau temperatur pada hari itu diprediksikan akan mencapai 36 derajat atau lebih, para pengunjung harus mulai sebelum jam 9 pagi karena gerbangnya akan ditutup setelah itu.
Tidak ada cerita Tjukurpa tentang Kings Canyon. Guide kami membagikan fakta geologis tentang area ini.
Terlihat lembah dan ngarai di sekeliling area ini, sampai akhirnya sampai di sebuah oase kecil yang bernama Garden of Eden.
Tips jalan-jalan ke Uluru
- Bandara paling dekat untuk mengunjungi Uluru adalah Ayers Rock Airport. Beberapa kota besar di Australia memiliki penerbangan ke Ayers Rock. Opsi lain agar lebih murah bisa terbang ke Alice Spring.
- Uluru sendiri terletak sekitar 5 jam jalur darat dari Alice Spring.
- Jalanan menuju taman nasional cocok untuk kendaraan 2wd.
- Suhu di Uluru sangat panas, jadi siapkan sunscreen, topi, dan bawa air yang cukup.
Uluru yang menjadi icon-nya Australia adalah salah satu destinasi wisata yang tidak boleh terlewatkan. Kapan kamu mau liburan ke Uluru juga?
Blogger dan juga creator yang senang berbagi tips seputar traveling, blogging/digital marketing, dan pengalamannya tinggal di luar negeri. Style traveling lebih ke slow-traveling, hobi naik gunung juga. Yuk, kenalan lebih lanjut! Ikuti juga perjalanannya di media sosial dengan klik icon yang ada di bawah ini. Semoga menginspirasi!
Hai Velysia, bagus banget yaaa ya ampun Uluru. Saya sudah beberapa kali baca soal Uluru dan selalu ingin ke sana, malah kalau bisa kemping gitu wkwk, btw oleh gak sih kemping di sana? Tapi kayaknya di sekitar Uluru atau Kata Tjuta juga gak ada penduduk tinggal di sana yah. Penasaran kawasan ini benar hanya dibiarkan untuk dikunjungi atau ada upacara tradisional yang diselenggarakan di sini yah. Duh makin pingin ke Uluru!
Iya enggak ada pendudul yang tinggal disana. Kalau camping mungkin enggak di dalam Taman Nasionalnya, tapi harus nyari campsite gitu. Kayaknya sekarang cuma jadi atraksi deh. Ritual gitu udah enggak ada hehe. Banyakan suku aboriginnya udah pindah ke perkotaan.
keren banget
Haii kak, salfok sama gambar-gambarnya cantiiik banget. Boleh tau pake kamera apa? Terima kasih!
hi kak klo blh tau tempat recom untuk menginap dimana ya ? terima kasih 🙂